Melengkapi sekuel film - film tentang pocong, akhirnya saya tertarik untuk menyaksikan film "Tali Pocong Perawan" yang diproduksi oleh Maxima Pictures. Tadinya sih gak ada niatan banget nonton film ini, tapi berhubung di gedung Landmark Braga lagi ada pameran komputer jadi ya sekalian mampir aja, dari pameran langsung nonton nih film.
Film yang dibintangi oleh Dewi Persik, Ramon Y Tungka dan Ibnu Jamil ini berdurasi kurang lebih sekitar 90 menit. Tema ceritanya juga gak unik - unik amat, bahkan terkesan pasaran. Jadi ceritanya ada seorang karakter tengah (center character) yang bernama NINO, 24 tahun, cowok interovert yang tidak bergaul. Kesehariannya hanya berkutat di kamar nya sambil surfing di internet. Diam diam, Nino sangat mencintai VIRNI, 19 tahun, cantik dan seksi, pacar ALDO, 20 tahun, adik nya Nino. Perasaan cinta ini makin lama tumbuh menjadi keinginan untuk memiliki. Maka Nino pun mencari cara untuk bisa mendapatkan Virni. Nino mendapat cara dari sebuah website di internet yang menjelaskan tentang pelet yang mewajibkan seseorang untuk mengambil tali pocong perawan yang meninggal sebelum empat puluh hari
Nino ahirnya mendapatkan mayat tersebut. Mayat ini bernama Dinda. Nino berhasil mengambil tali pocong milik Dinda yang masih perawan. Merasa tali pocong itu tidak berfungsi, maka Nino membakar tali pocong tersebut. Dan akibatnya Nino kini di teror oleh pocong tersebut, hingga Nino diketemukan tewas. Setelah meninggalnya Nino, ternyata pocong itu menteror Virni dan Aldo. Teror ini menyebabkan hubungan Virni dan Aldo menjadi renggang bahkan putus. Hingga dalam ketakutan teror, justru mereka bertemu kembali dan menyatukan lagi cinta mereka. Kemudian Aldo mendapatkan petunjuk, bahwa hantu pocong tersebut adalah Dinda.
See ... pasaran banget kan, film ini lebih membosankan karena alurnya monoton dan datar. Bisa ditebak deh dan bisa dibilang adegan klimaksnya gak jelas. Biasa lah yang bikin kaget di film horor indonesia cuman sound effect-nya aja. Jujur pocongnya sih bikin saya ketawa - ketawa ... :)) Hal ini diperparah dengan teknik pengambilan gambar yang saya rasa mirip banget sinetron, footage - footage yang diambil standar. Jadi feel nonton film layar lebar hilang sudah, karena yang kerasa cuman nonton sinetron (apa mungkin karena saya sudah terbiasa liat teknik pengambilan gambar di film Jepang & Korea kali yah ?). Kalo di film produksi Jepang atau korea biasanya angle kameranya pas. Tidak ada adegan yang berlangsung 2 kali dengan angle yang sama. Tapi di film ini angle yang sama terus berulang - ulang untuk setiap scene yang berbeda. Oke, teknik pencahayaan memang bagus.
Terus gambar di poster kan menyeramkan tuh, seolah - olah ada di sebuah gedung tua dan ada yang gantung diri. Tapi kenyataannya dalam film tidak ada sama sekali setting yang berlokasi di sebuah rumah tua. Ada juga shoot di sebuah rumah modern minimalis dan apartemen. Intinya BT banget deh nonton nih film ... Isinya cuman keindahan tubuh si Janda kembang (baca:Dewi Persik) dan Endhita. Banyak adegan vulgar yang gak nyambung lho ....
1 comment:
Yaa setidaknya bisa ngeliat si Dewi Persik bercinta, lumayan dech daripada lumanyun
Post a Comment