Cinta = perasaan sekaligus akal sehat
Bro, benar banget. Cinta emang soal rasa. Meski demikian, bukan berarti akal sehat ditaro di dengkul dong. Oya, karena cinta tuh sangat luas, maka penampakkannya juga ngikuti naluri yang dimiliki manusia. Misalnya aja nih, orang bisa cinta mati sama benda, juga bisa cinta sama Alloh Swt, RasulNya, ortunya, kaum muslimin secara umum, dan juga sama lawan jenis. Cinta emang luas, Bro.
Betul banget, kita jatuh cinta dengan hati. Tapi agar tidak menimbulkan kekacauan di kemudian hari, kita diharapkan untuk juga menggunakan akal sehat. Bohong besar deh kalau kita bisa jatuh cinta dengan begitu saja tanpa bisa mengelak. Yang sesungguhnya terjadi, proses jatuh cinta dipengaruhi tradisi, kebiasaan, standar, gagasan, dan ideal kelompok dari mana kita berasal.
Nol besar pula kalau kita merasa boleh berbuat apa saja saat jatuh cinta, dan tidak bisa dimintai pertanggungan jawab bila perbuatan-perbuatan impulsif alias memperturutkan kata hati itu berakibat buruk suatu ketika nanti. Kehilangan perspektif bukanlah pertanda kita jatuh cinta, melainkan sinyal kebodohan. Waduh sadis banget bahasane.
Jadi nih, akal sehat tetap kudu kita jadikan pertimbangan juga biar nggak nyelenong ngikutin perasaan aja. Bisa bahaya besar, tuh!
Cinta membutuhkan proses
Cinta emang butuh proses. Butuh waktu agar bisa tumbuh perasaan satu sama lain. Ini khususnya cinta dengan lawan jenis ya. Eh, kalo pun ada orang yang love at first sight, tentunya bukan cinta namanya, tapi ketertarikan. Karena ketertarikan orang bisa dengan begitu mudah muncul manakala ada obyek yang memang menurutnya menyenangkan. Tapi cinta nggak begitu ternyata. “Cinta itu tumbuh, berkembang dan merupakan emosi yang kompleks,” kata Bowman, salah seorang pakar psikologi.
Untuk tumbuh dan berkembang, cinta membutuhkan waktu. Jadi emang nggak mungkin kita mencintai seseorang yang tidak ketahuan asal-usulnya dengan begitu aja. Cinta nggak pernah menyerang tiba-tiba, nggak juga jatuh dari langit. Cinta datang kalo udah saling kenal dan memahami pribadi masing-masing meski nggak terlalu detil. Jadi, minimal emang kenal dulu: siapa sih si dia itu?
Itu sebabnya, cinta insya Alloh bisa aja tumbuh kalo kita terus ketemu dan saling komunikasi. Teman dekat yang saling mencintai, itu hanya bisa dicapai setelah kedua partner itu lama hidup bersama. Sehingga tahu kebiasaannya masing-masing, tahu makanan favoritnya, warna kesukannya, sampe tahu jadwal tidurnya, tahu tempat nongkrongnya, dan segala hal yang berkaitan dengannya.
Begitu pun kalo kita mencintai Islam, akan semakin lengket dan bahkan bangga dengan Islam ketika kita udah lama ‘berkenalan’ (baca: belajar) dengan Islam. Nggak mungkin tumbuh cinta kepada Islam kalo kitanya aja nggak berusaha mengenal lebih dalam tentang Islam dengan cara mempelajarinya. Setuju nggak?
So, kalo ada orang bisa jatuh cinta pada saat ketemuan pertama kali, sebenarnya bukan sedang jatuh cinta tuh, tapi sedang tertarik satu sama lain dengan ketertarikan yang amat sangat luar biasa. Hal ini perlu ditindaklanjuti, yakni dengan berusaha untuk mengenal lebih dekat dan lebih dekat lagi. But, kudu tahu rambu-rambu juga dong kalo urusannya dengan lawan jenis yang bukan mahram. Sebab, nggak bisa bebas sesuka kita tuh. Boleh kenalan lebih dalam, kalo niatnya emang untuk menikah degannya. Ssstt... kalo untuk pacaran? Hah? Hari gini masih pacaran? Nggak lha yauw!
Cinta itu konstruktif
Well, kita kayaknya kudu setuju nih kalo cinta itu emang konstruktrif. Eh, jangan-jangan ada teman kita (atau kita sendiri?) yang mendadak jadi kreatif, ngedadak jadi suka pake wangi-wangian biar nggak BB, ngedadak juga jadi senang baca novel cinta. Padahal, sebelum tertarik dengan salah seorang dari lawan jenis, mandi sekali sehari aja udah untung banget. Wah, kok males mandi sih, Bro?
Boys and gals, seseorang yang mencintai bisa berbuat sebaik-baiknya demi kepentingan sendiri sekaligus demi (kebanggaan) pasangan. Dia bakalan berani berambisi, bermimpi konstruktif, dan merencanakan masa depan. Wuih, keren banget deh.
Eit, tapi tunggu dulu. Sebab, ada juga orang ketika jatuh cinta ternyata malah amburadul. Kok bisa sih? Hmm... orang model gini, bukannya berpikir dan bertindak konstruktif, tapi dia malah kehilangan ambisi, nafsu makan, dan minat terhadap masalah sehari-hari. Doi cuma memikirkan kesengsaraan pribadi. Impiannya pun tak mungkin tercapai. Bahkan impian itu bisa menjadi pengganti kenyataan. Parah banget, Bro!
Kalo ada orang yang jatuh cinta tapi malah bikin lemah dan loyo kayak gini, berarti dia belum mampu memaknai cinta. Jangan-jangan lebih banyak ngelamunnya karena terjerat mimpi-mimpi indah kalo sampe mencintai lawan jenis yang dia idamkan itu. Padahal, yang namanya cinta nggak begitu kok. Cinta itu konstruktif. Bisa membangun segala daya cipta dan kreativitas kita. Suer!
Cinta tak melenyapkan semua masalah
Konon kabarnya, penganut faham romantik percaya banget bahwa cinta bisa mengatasi masalah. Seakan-akan cinta itu obat bagi segala penyakit. Kemiskinan dan banyak problem lain diyakini bisa diatasi dengan berbekal cinta belaka. Faktanya, cinta nggaklah seajaib itu. Cinta hanya bisa membuat sepasang kekasih (suami-istri) berani menghadapi masalah. Permasalahan seberat apapun mungkin didekati dengan jernih agar bisa dicarikan jalan keluar. Orang yang tengah mabuk kepayang berarti nggak benar-benar mencinta-cenderung membutakan mata saat tercegat masalah. Alih-alih bertindak dengan akal sehat, dia mengenyampingkan problem. Betul nggak?
Maka, kalo misalnya kita mo nikah, selain cinta tentu kudu ada persiapan ilmu, mental, dan juga jaminan untuk nafkahnya, lho. Kalo modalnya cinta doang, harus dipertanyakan tuh, sebab menikah bukan cuma modal cinta. Suer. Kalo nggak punya beras, apa cukup dengan cinta? Nggak kan? Cinta tuh hanya akan memotivasi kita untuk mencari jalan keluar supaya bisa dapetin beras. Misalnya, bisa dengan nyari pinjeman uang, atau ngutang dulu ke warung sebelah, bahkan banyak juga orang yang kemudian dapetin beras spanyol alias separo nyolong (hehehe.. kalo yang terakhir ini sih jangan kamu lakuin deh)
Cinta cenderung konstan
Ya, cinta itu bergerak konstan, sobat. Maka kita patut curiga bila grafik perasaan kita pada sesuatu atau kekasih (suami-istri or calon suami dan calon istri) yang kita cintai tuh turun-naik sangat tajam. Kalau saat jauh kita merasa kekasih lebih hebat dibanding saat bersama, itu pertanda kita mengidealisasikannya, bukan melihatnya secara realistis.
Lantas saat kembali bersama, kita memandang kekasih dengan lebih kritis dan hilanglah segala bayangan hebat itu. Sebaliknya berhati-hatilah bila kita merasa kekasih hebat saat kita berdekatan dengannya dan tidak lagi merasakan hal yang sama saat dia jauh. Hal sedemikian menandakan kita terkecoh oleh daya tarik fisik. Cinta terhitung sehat bila saat dekat dan jauh dari pasangan (baca: suami-istri), kita menyukainya dalam kadar sebanding.
Nah, begitupun kalo kita mencintai Allah Swt, RasulNya, dan juga Islam. Cinta kita bisa dibilang hebat kalo sinyalnya terus-menerus kuat. Nggak ada blank spot-nya. Di mana pun selalu ada sinyal kecintaan kita kepada Allah Swt., RasulNya, dan juga Islam. Cirinya apa? Contoh cinta kepada Allah Swt. Pas kita lagi seneng, tetap inget sama Allah Swt. Lagi sedih juga selalu inget sama Allah Swt. Kalo sebaliknya? Berarti cinta kita nggak konstan. Kalo nggak konstan berarti ada yang error. Jadinya bisa kena sindir Allah Ta’ala deh dalam firmanNya:
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang (menjadi kafir). Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS al-Hajj [22]: 11)
So, cinta tuh seharusnya memang konstan. Kalo turun-naik grafiknya perlu dipertanyakan. Yuk, kita muhasabah diri. Oke?
Cinta tak bertumpu pada daya tarik fisik
Dalam hubungan cinta dengan lawan jenis, daya tarik fisik bisa jadi penting. Tapi bahaya bila kita menyukai lawan jenis hanya sebatas fisik dan membencinya untuk banyak faktor lainnya. Saat jatuh cinta, kita menikmati dan memberi makna penting bagi setiap kontak fisik. Kontak fisik, ketahuilah sobat, itu hanya terasa menyenangkan bila kita dan pasangan (baca: suami-istri) saling menyukai pribadi masing-masing. Maka bukan cinta namanya, melainkan nafsu, bila kita menganggap kontak fisik hanya memberi sensasi menyenangkan tanpa makna apa-apa. Dalam cinta, afeksi alias perasaan terwujud belakangan saat hubungan kian dalam antara sepasang suami-istri. Sedang nafsu menuntut pemuasan fisik sedari permulaan. Waspadalah buat yang masih senang pacaran. Sebab kontak fisik sering terjadi, sementara hal itu dinilai sebagai maksiat karena belum terikat tali pernikahan. Betul?
Cinta merhatiin kelanjutan hubungan
Orang yang benar-benar mencinta memperhatikan perkembangan hubungan dengan kekasihnya (baca: suami-istri atau calon suami dan calon istri). Dia bakal menghindari segala hal yang mungkin aja ngerusak hubungan. Sebisa mungkin dia melakukan tindakan yang bisa memperkuat, mempertahankan, dan memajukan hubungan.
But, orang yang sedang tergila-gila mungkin saja berusaha keras menyenangkan kekasih. Namun usaha itu semata-mata dilakukan agar kekasih menerimanya, sehingga tercapailah kepuasan yang diincar. Orang yang mencinta akan menyenangkan pasangan (yakni suami atau istri dan juga calon suami or calon istri) untuk memperkuat hubungan. Sip deh!
Cinta berani melakukan hal menyakitkan
Selain berusaha menyenangkan kekasih (suami-istri atau calon suami dan calon istri), orang yang sungguh-sungguh mencinta memiliki perhatian, keprihatinan, pengertian, dan keberanian untuk melakukan hal yang tidak disukai kekasih demi kebaikan. Seperti seorang ibu yang berkata “tidak” saat anaknya minta es krim, padahal sedang flu.
Semoga pengenalan beberapa hal tentang cinta ini bisa menjadi inspirasi kita untuk lebih bersih dalam mencintai, yakni taat aturan Alloh Swt. Berbahagialah karena kita memiliki cinta.
Karakter cinta
Jatuh cinta membuat kita merasa harus menumbuhkan perhatian, merasa harus bertanggung jawab, merasa harus hormat di hadapan orang yang kita cintai, dan merasa harus mengetahui segala seluk-beluk tentang dirinya. Erich From, murid kesayangan Sigmund Freud (hehehe masih inget aja nih ilmu dari fikom unpad) pernah menyampaikan bahwa dalam cinta itu harus ada empat unsur yang perlu dimiliki, yakni:
Pertama, Care (perhatian). Cinta harus melahirkan perhatian pada objek yang dicintai. Kalau kita mencintai diri sendiri, maka kita akan memperhatikan kesehatan dan kebersihan diri. Kalau kita mencintai orang lain, maka kita akan memperhatikan kesulitan yang dihadapi orang tersebut dan akan berusaha meringankan bebannya. Termasuk jika kita jatuh cinta dengan mencintai lawan jenis kita, maka segala bentuk perhatian akan kita tunjukkin sama si dia. Kita jadi sering menulis namanya, menyebutkan namanya, mungkin diam-diam mengoleksi fotonya. Apalagi dengan berkembangnya teknologi informasi kita bisa mengintip diary online (blog) dirinya yang mungkin saja memajang foto dirinya. Diam-diam kita menjadi secret admirer-nya. Minimal itu. Karena tujuan mulianya adalah mendapat perhatiannya sebagai seorang kekasih.
Kedua, Responsibility (tanggung jawab). Cinta harus melahirkan sikap bertanggungjawab terhadap objek yang dicintai. Orangtua yang mencintai anaknya, akan bertanggung jawab akan kesejahteraan material, spiritual dan masa depan anaknya. Suami yang mencintai istrinya, akan bertanggung jawab akan kesejahteraan dan kebahagiaan rumah tangganya. Seorang jejaka atau gadis yang saling jatuh cinta, ia akan berusaha untuk memposisikan bahwa mereka bertanggung jawab terhadap hubungannya. Menjaganya dan merawatnya jangan sampai kebablasan. Mereka yang ngerti ajaran Islam, maka jatuh cinta itu bukan untuk melakukan perbuatan yang dibenci oleh Sang Pemilik Cinta, yakni Alloh Swt. Ia akan menjaga pandangannya, perasaan, hatinya, dan juga aktivitasnya agar tak kebablasan. Tapi, cinta bukan lagi tanggung jawab jika sepasang remaja yang dilanda cinta itu mengekspresikannya dengan cara yang membuat mereka dibenci Allah Swt, seperti seks bebas misalnya.
Ketiga, Respect (hormat). Cinta harus melahirkan sikap menerima apa adanya objek yang dicintai, kelebihannya kita syukuri, kekurangannya kita terima dan perbaiki. Tidak bersikap sewenang-wenang dan selalu berikhtiar agar tidak mengecewakannya. Inilah yang disebut respect. Itu sebabnya, seringkali kita mendengar cerita ada orang yang saling jatuh cinta itu meski berbeda etnis, berbeda bahasa, berbeda budaya, bahkan ada yang sampe cinta buta, yakni berbeda agama. Itu karena merasa bahwa cinta akan melahirkan sikap menerima apa adanya. Wah, jika tak ada filter akidah memang akhirnya akan hancur. But, ini kita bicara secara umumnya lho. Bahwa cinta akan melahirkan respect kepada obyek yang kita cintai. Betul nggak?
Keempat, Knowledge (pengetahuan). Cinta harus melahirkan minat untuk memahami seluk beluk objek yang dicintai. Kalau kita mencintai seorang wanita atau pria untuk dijadikan isteri atau suami, maka kita harus berusaha memahami kepribadian, latar belakang keluarga, minat, dan ketaatan beragamanya. Nggak asal jatuh cinta juga. Eh, kalo kita bicara secara umum pun, sebenarnya ketika jatuh cinta kita bakalan nyari tahu dari obyek yang kita cintai. Nah, tentu standar yang diinginkan dalam pencarian itu tergantung kepribadian orang yang bersangkutan. Ada yang merasa agama tak perlu menjadi pertimbangan, tapi ada pula yang merasa bahwa agama harus menjadi pertimbangan saat jatuh cinta. Kepada siapa kita harus mencintai. Begitu kan? But, intinya secara umum, cinta memang akan melahirkan rasa ingin tahu untuk menyelidiki si dia yang kita cintai, yang telah membuat kita jatuh hati dan jatuh cinta kepadanya.
Kalo kata Iman dalam blognya menyebutkan bahwa cinta = kacang. Gak tau kenapa dia ngasih judul itu. Kayaknya sih gara - gara dia sering dikacangin sama cinta ... hehehehe ... inget sama umur man !!! bisa - bisa ente udah tua gak nikah juga.
Nah pernah gak sih kita terlalu santai dengan yang namanya cinta ini sampai - sampai ketika kita sadar usia kita sudah tidak mencukupi untuk memilih cinta. Hmm ... jujur deh, pasti kamu pernah ngalamin suatu keadaan dimana cinta yang jauh dinanti, tapi cinta yang datang ditepis. Ujung - ujungnya sih kalo udah mentok bakalan obral cinta besar - besaran ... hehehehe .... Hayo ngaku ... siapa yang pernah dikecewain sama seseorang tetapi kamu terlalu "BUTA" untuk menyadari kalo orang yang kamu kejar udah gak suka lagi sama kamu. Cinta kadang tak bisa diduga awal dan akhirnya. Ada orang yang gampang sekali ngedapetinnya, ada juga yang susah luar biasa.
Lebih "buntung" lagi, udah susah-susah, eh, lepasnya malah lancar. Tak heran kalau banyak teman curhat sambil bertanya, "Aku masih punya kesempatan nggak, sih? Atau semuanya sudah berakhir?"
Nah, kalau kebetulan Anda merasa hubungan sudah 'gawat', coba deh lihat tanda-tandanya --supaya tahu apakah hubungan itu masih bisa dilanjutkan atau tidak.
1. Dia ganti no. telpon Baik no. telp rumah maupun ponsel. Apalagi kalau Anda tak diberitahu. Atau, kalau kebetulan Anda mendapat nomor barunya, dia tak mau "ngangkat". Jangan-jangan ia memang tidak mau ngomong lagi dengan Anda.
2. Nggak ser-seran lagi. Tak ada kontak batin atau kimiawi lagi. Dulu, duduk berdekatan saja udah terangsang berat. Kalau lagi berduaan, ada saja yang dibicarakan. Tapi sekarang, sibuk sendiri-sendiri saja.
3. Dia bukan lagi "tim" Anda Maksudnya, dulu dia selalu mencari-cari waktu untuk bersua, tapi sekarang, dia lebih suka menghabiskan waktu dengan orang lain atau teman-temannya. Dalam pembicaraan pun, dia tak lagi sependapat dengan Anda.
4. Pindah rumah... nggak bilang-bilang. Alasannya, "lupa". Hmmm, ini sih Anda bisa tanya, "Lupa atau 'lupa'?" Ini tanda yang cukup berat, bisa berarti ia tak mau berurusan lagi dengan Anda.
5. Punya kebiasaan dan minat baru Misalnya, tiba-tiba saja dia tak peduli Anda tampil berantakan, cuek pada apa yang Anda [tak] sukai, dan apa pun yang Anda lakukan. Pendeknya, Anda mau jungkir balik atau garuk-garuk aspal, pun, dia tak peduli.
6. Foto Anda menghilang Entah yang tadinya berada di dompet, di meja belajar/kerja, atau di kamarnya. Ah, kalau begini, kayaknya foto Anda bukan apa-apa lagi selain nostalgia di pojok lemari atau di kotak sepatu.
7. Dia lebih senang pergi bersama teman-temannya Ciri-ciri ini sih sudah jelas banget, mana ada pacar yang lebih suka menghabiskan waktu dengan teman-temannya sendiri ketimbang dengan pacarnya? Sadar deh, Anda bukan lagi Si Nomor Satu dalam hidupnya.
8. Dia bilang sudah berakhir Kalau hubungan ini sudah secara eksplisit disebut berakhir oleh pacar Anda, artinya memang sudah berakhir.
9. Ia 'lupa' ulang tahun Anda Katanya pacar tapi nggak ingat Anda berulang tahun? Itu pesan implisit bahwa ia sudah cuek.
10. Ia sudah punya pacar baru Mau diapain lagi? Memangnya Anda mau dimadu?
Cinta ... oh cinta ....
Mereka yang tidak menyukainya menyebutnya tanggung jawab,
Mereka yang bermain dengannya, menyebutnya sebuah permainan,
Mereka yang tidak memilikinya, menyebutnya sebuah impian,
Mereka yang saling mencintai, menyebutnya takdir.
Tuhan yang mengetahui yang terbaik, akan memberi kita kesusahan untuk menguji.
Kadang Ia pun melukai hati, supaya hikmat-Nya bisa tertanam dalam.
Jika kita kehilangan cinta, maka pasti ada alasan di baliknya.
Alasan yang kadang sulit untuk dimengerti, namun kita tetap harus percaya bahwa ketika Ia mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yang lebih baik.
Mengapa menunggu?
Karena walaupun kita ingin mengambil satu keputusan, kita tidak ingin tergesa-gesa.
Karena walaupun kita ingin cepat-cepat, kita tidak ingin sembrono.
Jika ingin berlari, belajarlah berjalan duhulu,
Jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu,
Jika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu.
Pada akhirnya, lebih baik menunggu orang yang kita inginkan, ketimbang memilih apa yang ada.
Tetap lebih baik menunggu orang yang kita cintai, ketimbang memuaskan iri dengan apa yang ada. Tetap lebih baik menunggu orang yang tepat.
Karena hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah, karena menunggu mempunyai tujuan yang mulia dan misterius.
Bunga tidak mekar dalam waktu semalam, kota Roma tidak dibangun dalam sehari.
Kehidupan dirajut dalam rahim selama sembilan bulan.
Cinta yang agung terus bertumbuh selama kehidupan.
Kebanyakan hal yang indah dalam hidup memerlukan waktu yang lama, dan penantian kita tidaklah sia-sia.
Walaupun menunggu membutuhkan banyak hal, iman, keberanian, dan pengharapan penantian menjanjikan satu hal yang tidak dapat seorangpun bayangkan.
Pada akhirnya, Tuhan dalam segala hikmat-Nya, meminta kita menunggu, karena alasan yang penting.
Allahu Rabbi aku minta izin
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau
Allahu Rabbi
Aku punya pinta
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh
Allahu Rabbi
Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta
Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan
kasih-Mu
dan membuatku semakin mengagumi-Mu
Allahu Rabbi
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pertemukanlah kami
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu
Allahu Rabbi
Pintaku terakhir adalah seandainya kujatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu...
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu
No comments:
Post a Comment